Site icon Riau Pos

Buah Investasi Tiga Tahun

BEREBUT BOLA: Pemain putra polo air Indonesia Delvin Fellicino (kanan) berebut bola dengan pemain Malaysia pada saat babak penyisihan SEA Games 2019 di Aquatic New Clark City, Filipina, Jumat (29/11/2019). Lewat polo air Indonesia merebut medali emas pertama. (Dipta Wahyu/JPG)

NEW CLARK CITY (RIAUPOS.CO) — Lima menit terakhir pertandingan Fili­pina melawan Singapura menjadi momen paling menegangkan bagi timnas polo air Indonesia. Rezza Aditya Putra dkk yang menyaksikan laga itu di tribun NCC Aquatic Center, New Clark City, deg-degan habis-habisan. Saat itu situasinya Filipina leading 6-5 atas Singapura.“Ini menjadi lima menit yang paling lama dalam hidup gue. Mendingan main ketimbang nonton pertandingan kayak gini,” ujar Rezza, kapten timnas, kepada Jawa Pos (JPG). Selama menit-menit akhir game itu Rezza dan teman-temannya tak henti berdoa. Berharap Filipina kalah. Atau setidaknya imbang.

Untungnya, perasaan harap-harap cemas nan menyiksa itu berakhir dengan manis. Penalti Wen Zhe, center back Singapura, berhasil mengoyak gawang Filipina. Skor jadi imbang 6-6. Timnas Indonesia meledak gembira. Mereka menciptakan sejarah. Untuk kali pertama, tim Indonesia merebut emas dari polo air!

Ya, dengan hasil itu, Indonesia dipastikan memuncaki klasemen polo air. Tim asuhan Milos Sakovic itu mengumpulkan 7 poin, hasil dari tiga kemenangan dan satu imbang. Dengan sistem kompetisi round robin, poin itu sudah tak terkejar oleh Filipina maupun Singapura. Meskipun, keduanya masih punya tabungan dua pertandingan tersisa.

Emas itu punya arti besar. Bukan hanya buat Indonesia, tapi juga buat polo air Asia Tenggara. Selama ini, Singapura sangat sangat mendominasi cabor akuatik tersebut. Sejak SEA Games kali pertama digelar pada 1965, mereka tidak pernah kehilangan takhta. Juara terus. Dan kini, dominasi itu tumbang. Sebelum melumat Malaysia 14-7 kemarin, Indonesia lebih dulu mengalahkan Singapura 7-5 Jumat lalu (28/11).  Sukses merebut emas kemarin adalah buah dari perjuangan selama tiga tahun. Timnas polo air saat ini sebagian besar sudah bergabung dengan pelatnas sejak awal 2017. Untuk persiapan SEA Games 2017. Saat itu, Rezza dkk meraih perak. Padahal catatan menang-kalahnya sama dengan Singapura. Hanya kalah selisih gol saja.

Tim itu lantas dimantapkan di Asian Games 2018. Memang hasilnya tidak optimal. Tapi cukup jadi pelajaran buat SEA Games 2019. Head coach Milos Sakovic membawa Rezza dkk menjalani training camp di Eropa. Bahkan atas perantaranya, Rezza dan Ridjkie Mulia dikontrak tim polo air Serbia, VK Beograd.

"Kesempatan itu sangat berarti buat saya. Bukan soal materi, tapi pengalaman dan jam terbang itu yang mahal," ungkap Rezza. Pembawa bendera Merah Putih dalam opening ceremony hari ini tersebut membagikan pengalaman besar dari VK Beograd kepada teman-temannya.

"Pokoknya ini sejarah banget. Bukan hanya buat tim ini, tapi juga buat polo air Indonesia. Saya sangat bangga," timpal Sakovic.

Berhasil merebut emas saat opening ceremony belum berlangsung jelas menjadi bekal kepercayaan diri bagi kontingen Indonesia.

"Kami menyakini ini emas pertama untuk menjemput emas-emas yang lain," terang Raja Sapta Oktohari, Ketua NOC Indonesia. Rencananya, pengalungan medali akan berlangsung besok di tempat yang sama.(*/na/jpg)

Exit mobile version