Site icon Riau Pos

Klaster Bermunculan, Pengetatan Perjalanan Diperpanjang

klaster-bermunculan-pengetatan-perjalanan-diperpanjang

JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Satgas Covid-19 melakukan perpanjangan terhadap Adendum Surat Edaran (SE) Kepala Satgas Penanganan Covid-19 Nomor 13 tahun 2021 tentang Pengetatan Pelaku Perjalanan Dalam Negeri (PPDN) pascaperiode peniadaan mudik pada 6 hingga 17 Mei, kemarin.

Sejatinya, masa pengetatan pascaperiode tersebut akan berlangsung mulai tanggal 18 hingga 24 Mei 2021. Namun, Jubir Satgas Covid-19 Wiku Adisasmito mengatakan, melihat kondisi penularan dan masih tingginya mobilitas masyarakat antar wilayah, maka masa pengetatan diperpanjang hingga 31 Mei 2021 mendatang.

Perpanjangan ini khusus bagi PPDN antar wilayah di Pulau Sumatera. Maupun dari Pulau Sumatera ke Pulau Jawa. Wiku menyebut bahwa saat ini sudah mulai bermunculan klaster-klaster baru di berbagai wilayah.  "Di antaranya klaster halabihalal, klaster Salat Tarawih serta klaster yang dipicu oleh perjalanan pemudik," jelas Wiku, kemarin (25/5).

Wiku menyebut, seperti yang telah diperingatkan sebelumnya, bahwa kegiatan-kegiatan tersebut berpotensi menimbulkan kenaikan angka kasus. Namun nyatanya kita belum bisa sepenuhnya mencegah penularan.

"Sebagus apapun kebijakan dibuat, jika tidak diiringi partisipasi aktif dari masyarakat, maka tidak akan memberi dampak positif," katanya.

Dalam perkembangan kasus mingguan per 23 Mei 2021, dampak dari peningkatan aktivitas masyarakat selama periode Idulfitri 1442 H mulai terlihat. Menurut catatan Satgas, kasus positif mingguan mengalami kenaikan hingga 36,1 persen dibandingkan dengan minggu sebelumnya. Padahal, minggu sebelumnya kasus positif tercatat turun hingga 28 persen.

Kemudian hal ini juga diikuti oleh peningkatan kasus kematian mingguan sebesar 13,8 persen dari minggu sebelumnya. Disusul oleh penurunan kasus sembuh sebesar 2,7 persen dari minggu lalu. Hal ini, kata Wiku, menjadi alarm bagi semua pihak untuk waspada. Karena kenaikan ini terekam pada 1 minggu pascapeningkatan aktivitas Idulfitri.

Padahal secara umum, peningkatan kasus biasanya terjadi 2-3 minggu setelah kerumunan atau mobilitas terjadi.  "Belum sampai 2 minggu saja kasus sudah menunjukkan peningkatan signifikan. Ini adalah alarm bagi kita semua," katanya.

Koordinator Rumah Sakit Darurat Covid-19 (RSDC) Wisma Atlet Mayjen TNI Tugas Ratmono mengakui bahwa pasien yang dirawat di rumah sakit tersebut terus bertambah. Pertumbuhan tersebut dimonitor oleh timnya sejak 18 Mei lalu.  "Terus meningkat grafiknya," ungkap dia.

Berdasar data yang Jawa Pos (JPG) terima, sampai kemarin total pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit itu sudah menembus angka  1.393 orang. Angka tersebut lebih besar bila dibandingkan jumlah pasien Covid-19 di RSDC Wisma Atlet pada pekan lalu. Meski angkanya terus naik, dia berharap peningkatannya tidak signifikan.

"Yang masuk ke (RSDC) Wisma Atlet yang terbanyak adalah klaster keluarga," ungkap Tugas. Untuk itu, masyarakat harus kembali meningkatkan kewaspadaan. Sebab data yang dia miliki menyebut kenaikan pasien di RSDC Wisma Atlte sudah terasa sejak seminggu pasca Idulfitri.

Dari klaster itu, Tugas menduga, arus mudik dan balik yang terjadi sebelum dan setelah Idulfitri ikut memberi sumbangsih dalam peningkatan angka pasien di RSDC Wisma Atltet. "Memberi kontribusi peningkatan kasus di Wisma Atlet. Mereka (para pemudik, Red)yang (tes) antigen positif, kami tes PCR di sini (RSDC Wisma Atlet, Red). Dan sebagian besar adalah positif PCR," bebernya. Jenderal bintang dua TNI itu menyebutkan, daya tampung RSDC Wisma Atlet memang masih besar.

Namun demikian, masyarakat tetap diminta menjaga diri agar tidak terpapar Covid-19.  "Kami harapkan meningkat tidak tajam dan menurun lagi," ucap Tugas. Pria yang sehari-hari bekerja sebagai kepala Pusat Kesehatan (Puskes) TNI itu pun menyatakan bahwa instansinya terus melakukan langkah-langkah pencegahan.  "Kami lihat PPKM mikro memberi efek cukup baik," kata dia. Untuk itu, strategi tersebut harus dioptimalkan. Caranya, semua pihak bekerja sama menjalankan peran masing-masing

Ganip Warsito Gantikan Doni Monardo
Presiden Joko Widodo melantik  Ganip Warsito menjadi Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Selasa (25/5). Dia menggantikan Doni Monardo yang pensiun pada Juni nanti. Pekerjaan rumah Ganip tak hanya soal kebencanaan, tapi juga memimpin satgas penanganan Covid-19.

Pelantikan tersebut digelar di Istana Negara, selepas pelantikan Gubernur dan Wakil Gubernur Kalimantan Tengah.

Pelantikan Kepala BNPB ini digelar berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 79/P Tahun 2021 tentang Pemberhentian dan Pengangkatan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana.

Acara pelantikan tersebut kemudian diakhiri dengan pemberian ucapan selamat oleh Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Ma’ruf Amin untuk kemudian diikuti oleh tamu undangan terbatas yang hadir. Hadir dalam pelantikan tersebut antara lain Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud Md, Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian, dan Sekretaris Kabinet Pramono Anung.

Kepala BNPB Demisioner Doni Monardo menyatakan bahwa ia bakal menikmati malam pertamanya berkumpul bersama keluarga. Setelah berbulan-bulan harus menginap di kantor karena tugasnya sebagai Kepala BNPB sekaligus Ketua Satgas Covid-19 yang menguras tenaga dan waktu.  "Bukan malam pertama karena habis (menikah, red). Tapi malam pertama bersama keluarga," katanya.

Doni sendiri berpesan bahwa meskipun kepemimpinan berganti, tidak boleh ada perubahan. Ia menyebut Presiden telah meminta dirinya untuk memberikan support pada Kepala BNPB yang baru dalam hal menejemen kebencanaan. Ganip menyebut bahwa Presiden memerintahkan padanya untuk melanjutkan hal-hal yang sudah dibangun oleh Doni Monardo dalam masa kepemimpinannya selama 2 tahun 4 bulan.

"Bahasanya Pak Presiden tolong jurus-jurus Pak Doni selama ini tetap dipertahankan," jelasnya.

Selain itu, Presiden juga menitipkan penanganan pandemi. Mengingat saat ini sudah mulai terdeteksi adanya peningkatan kasus di beberapa tempat. Pria kelahiran Magelang, 23 November 1963 itu merupakan lulusan Akademi Militer (Akmil) tahun 1986. Sebelum dilantik menjadi Kepala BNPB, beliau menjabat sebagai Kepala Staf Umum TNI. Ganip juga pernah menjabat sebagai Panglima Komando Gabungan Wilayah Pertahanan (Pangkogabwilhan) III pada 2019-2021, Pangdam XIII/Merdeka (2016-2018), dan Asops Panglima TNI (2018-2019).

Ganip menyebut bahwa Doni sendiri adalah mentor nya sejak menjadi Taruna Akmil TNI Angkatan Darat. Dua kali dia menerima langsung estafet kepemimpinan dari Doni. Yang pertama adalah Kelompok Komando selama di akmil, kemudian saat dikukuhkan menjadi Komandan Yonif 741. "Ini serah terima yang sudah ketiga kalinya. Dan saya akui bahwa menggantikan Pak Doni itu tidak mudah. Berat sekali. Karena semuanya menjadi optimal. Sekadar menjalankan yang sudah ada saja tidak mudah," katanya.

Pekerjaan rumah Ganip tidak main-main. Salah satunya adalah memimpin satgas Covid-19. Dalam perkembangan kasus mingguan per 23 Mei 2021, dampak dari peningkatan aktivitas masyarakat selama periode Idulfitri 1442 H mulai terlihat. Menurut catatan Satgas, kasus positif mingguan mengalami kenaikan hingga 36,1 persen dibandingkan dengan minggu sebelumnya. Padahal, minggu sebelumnya kasus positif tercatat turun hingga 28 persen.(syn/tau/lyn/jpg)

Exit mobile version