Site icon Riau Pos

Imunitas Tak Bisa Cegah Penularan

imunitas-tak-bisa-cegah-penularan

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Epidemiolog memperingatkan agar semua pihak tidak menjadikan hasil survei serologis nasional yang dirilis oleh pemerintah pada Jumat (18/3) lalu untuk melakukan pelonggaran-pelonggaran. Epidemiolog dari Universitas Griffith Australia Dicky Budiman mengungkapkan bahwa kadar antibodi yang tinggi dalam sebuah komunitas sejauh ini terbukti tidak mampu mencegah penularan dan reinfeksi (infeksi kembali pada penyintas Covid-19).

"Dua hal yang belum mampu dicegah oleh vaksinasi ataupun capaian antibodi adalah infeksi atau re-infeksi dan penularan. Belum bisa diperoleh dari kadar imunitas di masyarakat yang ada saat ini," jelas Dicky, kemarin (21/3)

Meskipun antibodi tinggi, lonjakan kasus masih tetap bisa terjadi. Hal ini misalnya terjadi di Inggris. Mantan Direktur WHO Asia Tenggara Prof Tjandra Yoga Aditama menyebut bahwa pada 14 Maret 2022 lalu, Inggris merilis hasil survei serologi yang menunjukkan tingginya angka antibodi masyarakat. Yakni 98,4 persen di England, 98,3 di Wales, dan 98,1 persen di Irlandia Utara.

"Belum jelas apakah berhubungan dengan hasil survei serologi antibodi mereka yang angkanya tinggi, tetapi jelas kita ketahui bahwa Inggris kasus Covid-19 kini naik lagi," kata Yoga.

Belum lagi, studi terbaru menunjukkan bahwa infeksi varian Omicron dan sub varian terbarunya yang menggemparkan dunia yakni BA 2 tidak bisa dicegah dengan imunitas. Dicky Budiman menyebut Korea Selatan dan Singapura masing-masing sudah 90 persen warganya divaksinasi lengkap. Dengan 65 persen populasi sudah mendapatkan booster.

"Tapi kehadiran BA2 Omicron tetap bisa menembus benteng imunitas dan ini menunjukkan virulensi dan mematikan strain ini. Jadi mengandalkan imunitas saja saat ini belum cukup," jelas Dicky.  

Menurut badan kesehatan dunia (WHO) Eropa melaporkan ada kenaikan kasus Covid-19 sebesar 2 persen. Belanda mengalami kenaikan cukup tinggi hingga 42 persen. Lalu ada Jerman yang melaporkan kenaikan 22 persen. Kementerian Kesehatan menyebut lonjakan kasus di beberapa negara di Eropa disebabkan oleh distribusi sub-varian Omicron BA.2 . Varian ini juga menjadi yang dominan di beberapa negara. Di Indonesia, varian tersebut juga terdeteksi. Namun, masih bisa dikendalikan.

"Kami imbau masyarakat untuk segera vaksinasi, baik vaksinasi primer maupun booster. Untuk mencegah terjadinya lonjakan kasus seperti yang saat ini terjadi di beberapa negara lain, seperti Jerman, Perancis, Inggris, Kanada," kata juru bicara Kementerian Kesehatan terkait vaksinasi Siti Nadia Tarmizi.

Menurut Nadia, pemerintah bersama masyarakat perlu kerjasama untuk mempertahankan penurunan kasus di Indonesia. Penurunan kasus itu bisa dilihat dari penurunan keterisian rumah sakit (BOR) yang tercatat di angka 15 persen. "Kita tengah dalam tren penurunan kasus dan indikator penanganan Covid-19 yang semakin membaik," katanya.

Menurutnya target vaksinasi perlu dikejar cepat lagi. Ini akan mempercepat pembentukan kekebalan kelompok di populasi penduduk Indonesia. terutama untuk mencegah kembali lonjakan kasus.

Dari hasil survei serologi, 86,6 persen penduduk Indonesia memiliki antibodi Covid-19. Namun, Nadia mengingatkan masyarakat bahwa meskipun angka antibodi terhadap SARS-CoV-2 bagi responden cukup tinggi, bukan berarti masyarakat terbebas dari infeksi.

Antibodi yang tinggi berarti mampu mengurangi dampak gejala berat dan risiko kematian akibat terinfeksi Covid-19. "Risiko bergejala berat dan kematian akibat Covid-19 berkurang. Terutama bagi golongan lanjut usia dan yang memiliki komorbid sangat perlu mendapat perlindungan dari vaksinasi lengkap dan booster," kata Nadia.

Kasus Harian di Terus Turun
Pasien positif Covid-19 di Riau per Senin (21/3) bertambah 80 orang. Kepala Dinas Kesehatan Riau Zainal Arifin mengatakan, dengan penambahan itu, total orang yang terpapar Covid-19 di Riau 149.423 orang.

"Sementara itu untuk pasien yang sembuh bertambah 371 orang. Sehingga total 142.997 orang yang sembuh," katanya.

Untuk kabar dukanya, terdapat 6 pasien positif Covid-19 yang meninggal. Sehingga total pasien yang meninggal akibat Covid-19 di Riau mencapai 4.363 orang. Dari total pasien positif Covid-19 Riau, yang menjalani perawatan di rumah sakit 101 orang. Sementara yang menjalani isolasi mandiri 1.962 orang.

"Sehingga saat ini jumlah kasus aktif Covid-19 di Riau baik yang masih menjalani perawatan di rumah atau isolasi mandiri sebanyak 2.063 orang," ujarnya.

Sementara itu, untuk suspect yang menjalani isolasi mandiri 994 orang dan yang isolasi di rumah sakit 39 orang. Total suspect yang selesai menjalani isolasi 164.714 meninggal dunia 539 orang. Zainal juga mengajak masyarakat untuk terus menerapkan protokol kesehatan. Terutama saat beraktivitas di luar rumah.

"Mari kita sama-sama menjaga diri dan orang sekitar kita dengan terus menerapkan protokol kesehatan. Mencuci tangan, jaga jarak, dan menggunakan masker," ajaknya.

Sementara itu capaian vaksinasi 1 Covid-19 di Riau per tanggal 21 Maret sudah 95,28% dan capaian vaksinasi tahap 2 mencapai  72,89%. Kabupaten/kota yang memiliki capaian vaksinasi 1 Covid-19 di atas  95% adalah Kota Dumai (101,36%) dan Kota Pekanbaru (114,73%). Kabupaten/kota yang memiliki capaian vaksinasi 2 Covid-19 di atas 85%  adalah Kota Pekanbaru (93,97%).

"Pencapaian vaksinasi Covid-19 bagi tenaga kesehatan dengan sasaran 32.923 orang, dengan vaksinasi dosis pertama sebesar  45.235 (137,40%), vaksinasi dosis kedua sebesar 43.852 (133,20%) dan vaksinasi dosis ketiga sebesar 31.539 (95,79%)," katanya.

Pencapaian vaksinasi Covid-19 bagi lansia dengan sasaran 322.466 orang, dengan vaksinasi dosis pertama sebesar 222.191 (68,90%) dan vaksinasi dosis kedua sebesar 162.091 (50,27%). Pencapaian vaksinasi Covid-19 bagi pelayan publik dengan sasaran 349.418 orang, dengan vaksinasi dosis pertama sebesar 401.081 (114,79%) dan vaksinasi dosis kedua sebesar 370.673 (106,08%).

"Pencapaian vaksinasi Covid-19 bagi masyarakat umum dengan  sasaran 3.451.350 orang, dengan vaksinasi dosis pertama sebesar 2.710.167 (78,52%) dan vaksinasi dosis kedua sebesar 2.057.800 (59,62%)," ujarnya.(tau/lyn/jpg/sol)

Exit mobile version