Site icon Riau Pos

Tradisi nan Dinamis

Seluruh koreografer dan penari yang ikut ambil bagian di helat Pastakom lX tampil maksimal dan memberi warna pada perkembangan tari Indonesia.

Pernyataan bijak Sir Winston Leonard Spencer, Churchill (1974-1965) –peraih Nobel Sastra 1953 — bisa menjadi pijakan bagi para kreator seni hari ini. “Tanpa tradisi, seni adalah sekawanan domba tanpa gembala. Tanpa inovasi, seni adalah tubuh tak bernyawa”.

(RIAUPOS.CO) — PERNYATAAN bijak itu pula yang dikutip Direktur Festival Pasar Tari Kontemporer (Pastakom) SPN Iwan Irawan Permadi sebagai tapak dalam helat yang digelarnya tahun ini. Bahkan helat Pastakom yang berlangsung, 28-30 November mengangkat tema, “Membaca Lokalitas dalam Tubuh”.

Harus diakui, bahwa perkembangan seni tari saat ini telah mengalami perjalanan yang sangat panjang. Perjalanan yang diwarnai aneka ragam pergeseran serta perubahan para seniman tari terus berproses dan bergulat dengan penciptaan karyanya, yang umumnya menawarkan sesuatu yang baru atau inovasi baru.

“Inilah bukti bahwa pengembangan seni tari yang berorientasi pada nilai-nilai tradisi merupakan indikasi bahwa seni tradisi tidak mengalami stagnasi,” ujar Iwan Irawan Permadi.

Ia memaparkan, pelestarian yang dilakukan adalah wujud kebanggaan dan penghormatan terhadap warisan leluhur. Semangat yang boleh jadi akan tetap mengarah pada pengaktualisasian nuansa tradisi, hingga kearah kebebasan berekspresi sebagai tolak ukur kekuatan kreativitas individu.

“Seniman tari dituntut untuk terus berproses mengolah kreatifitas, mempertajam kepekaannya, memperdalam renungan, pemikiran, dan wawasan,” tambahnya.

Sebuah forum tari sangat perlu dan penting. Semakin banyaknya forum atau festival yang mewadahi kreativitas para seniman tari dapat saling berdialog, baik melalui karya maupun bertukar informasi, serta yang terpenting dapat menjalin tali silahturahmi.

“Inilah yang mendasari, Pusat Latihan Tari Laksemana yang didirikan pada 1984 dan kini menjadi Yayasan Pelatihan Tari Laksemana dengan tekat dan semangat memberanikan diri untuk membuat forum tari Pasar Tari Kontemporer (Pastakom) yang kami anggap sangat penting itu,” ulas Iwan Irawan panjang lebar.

Pastakom 2019 ini merupakan kegiatan untuk yang kesembilan kalinya, pelaksanaan sebelumnya pada 1997, 1999, 2002, 2005, 2006, 2008, 2014, dan 2016. Pastakom diharapkan selain mampu merangsang kebebasan berekspresi juga diharapkan mampu memberi kontribusi terhadap peningkatan citra Riau dalam peta pertumbuhan seni tari di Indonesia dan dunia tari internasional.

Pastakom diposisikan sebagai salah satu forum tari yang sangat penting dalam dunia seni pertunjukan di Riau. Pastakom bertujuan untuk memperdayakan potensi dari seniman tari. Mengembangkan aspek kreativitas dunia tari melalui lintasan batas semua ruang dan waktu, batas geografis maupun etnis, dengan menggenggam semangat kebersamaan dalam keragaman, serta memiliki visi ke masa depan.

Keragaman dan silang budaya setidaknya telah menjadi wacana yang membuka pintu kesadaran untuk mengajak kita pada keberpihakan yang sama, bahwa keragaman merupakan semangat yang harus diperjuangkan untuk mempertahankan keberlangsungan sistem yang sehat dan dinamis dalam sebuah kompleksitas tatanan masyarakat yang multikultural.***

Laporan FEDLI AZIS, Pekanbaru

 

Exit mobile version