Site icon Riau Pos

Tempat Penampungan Air Tidak Layak

PENUH LUMUT: Warga mencari lumut di waduk Taman Kota Jalan Diponegoro, Selasa (22/10/2019). Kondisi waduk yang mulai dangkal dipenuhi lumut dan eceng gondok, serta di pintu air waduk tersebut tertutup oleh sampah. MHD AKHWAN/RIAUPOS

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) — Sejumlah waduk, kolam retensi dan danau untuk penampungan debit air saat banjir di Kota Pekanbaru sangat memprihatikan, terlihat waduk yang dipenuhi lumut, sampah, pendangkalan dan terjadi penyumbatan di aliran air.

Seperti terlihat di waduk Cipta Karya, Kecamatan Tampan. Waduk yang berada di Jalan Cipta Karya itu saat ini kondisi memprihatinkan, waduk terlihat dipenuhi lumut dan sampah-sampah plastik.

Aroma busuk tercium.  Ikan-ikan juga banyak yang mati. Diduga karena air sudah tercemar.

Saat musim penghujan, debit air di waduk tinggi. Akibatnya, air waduk meluap menggenangi perumahan warga. Pasalnya, tembok drainase di dekat waduk sudah lama ambruk dan tidak ada perhatian pemerintah kota untuk memperbaikinya.

“Ketika debit air di waduk tinggi, kemudian debit air di drainase juga tinggi, maka air meluber masuk ke dalam rumah, tingginya setinggi mata kaki lah,” kata salah seorang warga setempat yang enggan disebutkan namanya itu, Senin (21/10).

Sementara itu, kondisi kolam retensi taman kota di Jalan Diponegoro juga memprihatinkan. Kondisi kolam dipenuhi rumput-rumput dan eceng gondok, terlihat kolam sangat dangkal karena lumpur yang dalam.

Kondisi kolam juga terlihat dipenuhi sampah, seperti sampah plastik memenuhi selokan, sehingga aliran air sangat terhambat, selain itu gorong-gorong di lokasi kolam juga terlihat dipenuhi dengan sampah dan lumpur, sehingga aliran air sangat terhambat. Sedangkan, kolam retensi di terminal AKAP, kondisinya terlihat bersih.

Pengamat lingkungan Tengku Ariful mengatakan, waduk-waduk yang ada saat ini harus di keruk, kemudian harus dibarengi dengan penaburan bibit ikan dengan berbagai pola estetika yang baik.

“Persoalannya sekarang, waduk itu setelah dibangun tidak pernah di kontrol lagi, bagaimana pengendapan pasir, sampah, plastik yang tidak terkendali, itu tidak pernah di kontrol dengan baik oleh pemrintah setempat,” kata Tengku Ariful.

Ia mengatakan, seharusnya pembersihan tempat penampungan air harus dilakukan secara periodik minimal tiga kali setahun, yakni pada saat penghujung musim kemarau, pada saat masa transisi kemarau ke musim penghujan, kemudian rentan even-even penting yang digelar di Kota Pekanbaru.

“Pada saat kegiatan yang menghimpun massa terlalu banyak  itu pasti menghasilkan sampah yang sangat besar, itu harus kontrol harus ada pasukan kuning itu harus dikerahkan, agar kebersihan itu harus terjaga dengan rutin,” katanya.

Namun dosen Unri itu juga mengatakan, sikap masyarakat juga harus dibenahi. Perilaku masyarakat dengan reformasi prilaku yang menjadi kata kunci untuk kenyaman masyarakat dalam persoalan ini. “Tetapi persoalan sekarang, ada tidak ketersedian tempat sampah yang memadai, ada tidak kepatuhan masyarakat untuk hal itu,” katanya.(*9)

 

Exit mobile version