Site icon Riau Pos

Harapan Baru pada Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti

Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti saat merayakan kemenangannya di final Denmark Open 2019. (Nafielah Mahmudah/PP PBSI)

JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Euforia kemenangan Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti di Denmark Open 2019 belum reda. Maklum, Indonesia tidak pernah lagi meraih gelar dari sektor ganda campuran setelah Liliyana Natsir pensiun. Sayangnya, kita semua harus move on. Lanjutan tur Eropa, French Open, bergulir hari ini di Stade Pierre de Coubertin, Paris, Prancis.

Namun, memang tidak bisa dimungkiri, gelar perdana Praveen/Melati membuat badminton lovers kembali menaruh harapan tinggi kepada pasangan tersebut. Mereka terbukti sudah mampu melewati dua rintangan mengerikan sekaligus: Zheng Siwei/Huang Yaqiong dan Wang Yilyu/Huang Dongping.

Semestinya kali ini Praveen/Melati bisa juara lagi.

’’Hasil di Denmark Open cukup menggembirakan. Ini melebihi harapan saya yang minta mereka miniminal tembus semifinal,’’ ujar Richard Mainaky, pelatih ganda campuran pelatnas, ketika dihubungi kemarin (21/10). ’’Saya berharap di Prancis mereka main lepas. Tidak terbebani setelah menjuarai Denmark Open,’’ lanjut Icad, sapaannya.

Sebagai pelatih, Richard lebih takjub pada upaya anak buahnya mengalahkan dua pasangan Tiongkok yang hampir tidak tertandingi oleh siapa pun. Selama ini Richard sudah mencari-cari formula yang pas untuk mengimbangi Zheng/Huang maupun Wang/Huang yang seperti tidak punya titik lemah. ’’Itulah yang lebih membanggakan,’’ kata pelatih asal Ternate tersebut.

Namun, prestasi itu tidak serta-merta membuat Richard mencabut surat peringatan (SP) 2 yang telanjur dilayangkan kepada Praveen. Sebab, proses sudah berjalan. SP2 merupakan peringatan keras kepada atlet atas tindakan yang dianggap kelewat batas.

Jika tindakan tersebut diulang, Praveen bisa dikeluarkan dari pelatnas.

Richard menganggap masalah dengan Praveen sudah selesai. Sebab, pemain 26 tahun itu sudah meminta maaf dan berjanji tidak mengulanginya. Setelah berbicara empat mata dengan Richard, Praveen juga menunjukkan perubahan sikap.

’’Soal hasil (dari perubahan sikap), kita belum bisa menilai secepat itu ya. Tapi, yang jelas anak-anak siap sejak saya beri briefing. Mereka lebih profesional dan siap bertanggung jawab dengan kewajiban mereka sebagai atlet pelatnas,’’ papar Richard. ’’Tapi, aturan saya tetap berjalan,’’ tegasnya.

Di French Open ini, dia berharap anak buahnya bisa mencapai semifinal. Target itu tidak cuma berlaku untuk Praveen/Melati, tetapi juga pasangan lain. Misalnya, Hafiz Faizal/Gloria Emanuelle Widjaja, Tontowi Ahmad/Winny Oktavina Kandow, dan bahkan Rinov Rivaldy/Pitha Haningtyas Mentari.

Dalam turnamen berlevel super 750 tersebut, Pramel –sebutan Praveen/Melati– berada di pul bawah bersama Owi/Winny. Jika sama-sama berhasil melewati babak pertama, mereka akan berduel di babak 16 besar. Asyiknya, Wang/Huang absen.

Pasangan Thailand Dechapol Puavaranukroh/Sapsiree Taerattanachai naik menjadi unggulan kedua.

Pramel berpeluang menghadapi pasangan asal Thailand tersebut di babak perempat final. Head-to-head seimbang, dua kali menang, dua kali kalah. Kali terakhir bertemu di Japan Open pada September lalu, Praveen/Melati menang mudah 21-15, 21-15 atas Dechapol/Sapsiree. Jika bisa mengatasi pasangan nomor tiga dunia tersebut, kans Pramel ke final sangat terbuka.

French Open tahun lalu meninggalkan memori yang tidak terlalu manis buat skuad Indonesia. Kita gagal merebut satu gelar pun. Kans terbaik didapatkan Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo yang menembus final. Sayangnya, mereka kalah oleh Han Chengkai/Zhou Haodong.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Erizal

Exit mobile version