Site icon Riau Pos

PSBM Satu Kecamatan Tidak Efektif

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) — Ahli epidemiologi Riau, dr Wildan menyebut salah satu cara untuk mengatasi terus bertambahnya pasien positif Covid-19 di Riau, yakni dengan cara melakukan pembatasan sosial berskala mikro (PSBM). Namun untuk di perkotaan, PSBM seharusnya tidak hanya dilaksanakan pada satu wilayah saja.

"Untuk diwilayah perkotaan, seperti di Kota Pekanbaru kalau hanya satu kecamatan yang dilaksanakan PSBM tidak efektif. Karena virus itukan ditubuh manusia, kalau orang yang terinfeksi itu bergerak maka ikut bergerak lah virus itu," katanya.

Untuk itu, pihaknya mengusulkan, untuk sekelas Kota Pekanbaru yang jumlah pasien positifnya sudah tinggi dan masuk zona merah. PSBM harus dilakukan dilebih banyak wilayah lagi. Terutama dalam wilayah yang menjadi pusat perkumpulan orang banyak.

"Paling tidak untuk Kota Pekanbaru ini ada empat atau lima kecamatan yang dilakukan PSBM. Terutama di daerah yang menjadi pusat keramaian. Kalau sudah seperti itu, nanti dampaknya baru kelihatan. Saya takut kurang efektif kalau PSBM hanya satu kecamatan," sebutnya.

Menurut dr Wildan, paling tidak pada pekan ini penambahan wilayah yang dilakukan PSBM bisa ditambah lagi. Kalau tidak segera dilakukan, pihaknya khawatir Covid-19 di Riau khususnya Pekanbaru ini hanya akan berpindah-pindah saja.

"Jangan sampai nanti seperti main pingpong, virus itu terus berpindah-pindah saja," ujarnya.

Kebijakan PSBM yang hanya beberapa wilayah saja, menurut dr Wildan, bisa diterapkan di kabupaten. Di mana di kabupaten, batas antarkecamatan cukup jauh, sehingga mudah untuk dipantau.

"Saran saya seperti itu, untuk Pekanbaru PSBM-nya harus ditambah. Kalau di tingkat kabupaten seperti Pelalawan, yang banyak ditemukan pasien positif itu kan di Pangkalankerinci, jika seperti itu bisa satu wilayah saja yang dilaksanakan PSBM," katanya.

Selain penerapan PSBM, menurut dr Wildan pasien positif Covid-19 yang tanpa gejala atau OTG juga harus ditempatkan di ruangan isolasi mandiri yang sudah ditetapkan pemerintah. Dengan demikian, pasien positif yang OTG tidak berkeliaran lagi karena bisa menularkan kepada orang lain.

"Kalau di rumah, sulit untuk diawasi. Daerah yang sudah cukup berhasil menangani OTG ini yakni Sulawesi Selatan yang kasusnya mulai turun akibat pengetatan isolasi mandiri OTG. Kita harus mencontoh kebijakan tersebut," sebutnya.(yus/nda/sol/p/dof/ted)

Exit mobile version