Site icon Riau Pos

Unilak Ciptakan Aplikasi Parameter Wisata Halal

FOTO BERSAMA: Tim riset wisata halal Unilak yang dipimpin Dr Junaidi (dua kanan)  foto bersama usai melakukan acara dengan Crescent Rating di Singapura, baru-baru ini.

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) – Pariwisata halal saat ini telah menjadi sektor pendapatan di banyak negara, termasuk di negara-negara non-Muslim seperti Jepang, Thailand, Taiwan dan beberapa negara lain. Segmen turis muslim ditarget menjadi pasar yang potensial. Memanfaatkan peluang ini, Universitas Lancang Kuning (Unilak) melakukan sinergi peneliti lintas bidang ilmu dalam rangka menemukan terobosan untuk membantu percepatan program pariwisata halal di Indonesia dengan menciptakan Aplikasi Parameter Wisata Halal.

Dipimpin Dr Junaidi, tim riset Unilak yang beranggotakan Afred Suci MSi, Satria Tri Nanda MSi, Dr Bagio Kadaryanto, Lucky Lhaura MKom, tim ini berhasil mengoptimalkan dana hibah penelitian strategis nasional dari Kementerian Riset dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia. Temuan yang dihasilkan berupa blueprint penilaian standarisasi wisata halal, untuk tiga sektor terkait yaitu hotel, restoran dan objek wisata.

Meskipun pariwisata halal saat ini telah menjadi salah satu program inti pemerintah untuk mampu menggenjot devisa, namun sejauh ini belum ada parameter standar untuk mengklasifikasikan tingkat penenuhan unsur-unsur halal dalam operasional pariwisata. Permasalahan yang dihadapi pelaku usaha wisata adalah belum adanya panduan yang terstandarisasi untuk mampu mengadopsi dan menyesuaikan operasionalnya agar sejalan dengan prinsip-prinsip halal.

‘’Tidak hanya sebatas blueprint, tim juga melakukan terobosan progresif lain dengan menciptakan prototipe aplikasi berbasis android bernama Parameter Wisata Halal yang bisa diakses secara gratis di Google Playstore. Melalui aplikasi ini, pelaku usaha wisata di sektor hotel, restoran dan objek wisata, bisa melakukan evaluasi mandiri (self-assessment) untuk mengetahui sejauh mana mereka sudah memenuhi keperluan-keperluan turis muslim,’’ ujar Ketua Tim Riset Unilak, Junaidi, kemarin (12/10).

Tim riset wisata halal Unilak sangat mengharapkan agar terobosan ini bisa disambut dan disinergikan dengan program pemerintah dan asosiasi pariwisata. Salah satu harapannya adalah ke depannya bisa dibentuk sebuah lembaga formal yang dapat melakukan akreditasi dan sertifikasi pariwisata halal di Indonesia. ‘’Prototipe aplikasi ini merupakan yang pertama di Indonesia, dan menjadi salah satu pionir di dunia, di mana dimensi penilaiannya bisa dilakukan di tiga sektor pariwisata sekaligus,’’ tutur pria yang juga menjabat sebagai Wakil Rektor I Unilak ini.

Oleh karena itu, masih perlu dilakukan sejumlah perbaikan dan pengembangan fitur yang bisa mengakomodir berbagai keperluan operasional wisata halal. Tim juga telah melakukan serangkaian simulasi aplikasi di hotel, restoran dan objek wisata yang ada di Pekanbaru. Responnya cukup menggembirakan dan diakui oleh pemilik dan pengelola sangat membantu pelaku usaha wisata dalam rangka mengetahui sejauh mana kemampuan mereka dalam memenuhi keperluan turis dan pelanggan muslim.

Selain itu, parameter dan aplikasi ini memiliki diferensiasi yang meringankan para pelaku usaha wisata dalam memenuhi fitur-fitur halal dalam operasionalnya. Parameter yang dirancang tim riset Unilak ini, tidak mendikotomikan operasional dalam istilah peringkat kehalalan.

Hal ini perlu dihindari karena hingga saat ini masih ada skeptisme di kalangan pelaku usaha wisata dengan istilah, halal, non-halal, halal peringkat atau bintang satu, dua tiga dan seterus­nya.(das)

 

Exit mobile version