(RIAUPOS.CO) – Pemerintah Provinsi (Pemprov) Riau bersama forkopimda, mulai mewaspadai ancaman kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Pasalnya, berdasarkan prediksi dari pihak Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), puncak musim kemarau di Riau akan terjadi pada periode Juli-September.
Menyikapi hal tersebut, Gubernur Riau Drs H Syamsuar MSi juga melakukan rapat koordinasi dengan forkopimda Riau, bupati dan wali kota se Riau serta para stakeholder terkait penanganan karhutla di Riau, Senin (6/7). Rapat tersebut dilaksanakan di aula Bank Riau Kepri.
“Dalam rapat tersebut, saya memberikan arahan agar seluruh satgas pencegahan dan penanganan karhutla agar dapat kembali dipersiapkan dengan baik. Karena menurut prakiraan BMKG, mulai Juli hingga September akan terjadi musim kemarau di Riau,” katanya.
Lebih lanjut dikatakannya, tim satgas pencegahan dan penanganan karhutla yang selama ini sudah dibentuk di kabupaten/kota, mulai saat ini juga sudah diminta untuk mulai intensif melakukan patroli di daerah-daerah yang rawan terjadi karhutla.
“Namun fokus utama tim di lapangkan adalah upaya pencegahan seperti mengedukasi masyarakat agar tidak membakar lahan. Karena kalau sudah terjadi Karhutla yang cukup luas, akan sulit untuk dikendalikan,” sebutnya.
Sementara itu, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Riau, Edward Sanger mengatakan, sebagai upaya pencegahan dan penanganan Karhutla, saat ini terdapat delapan helikopter yang disiagakan di Riau. Enam di antaranya adalah helikopter water bombing dan dua unit helikopter patroli.
“Sedangkan untuk pesawat Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC), saat ini sedang proses untuk terbang ke Riau. Saat ini pesawat tersebut berada di Jakarta. Jika sudah di Riau, maka TMC akan segera dilakukan,” sebutnya.
Untuk informasi luasan lahan yang terbakar di Riau, terhitung sejak Januari hingga saat ini seluas 1.251,55 hektare. Karhutla tersebut sudah terjadi di 10 kabupaten/kota di Riau, dan hanya dua daerah yang belum terpantau terjadi Karhutla.
“Untuk daerah dengan Karhutla terluas yakni Bengkalis 347,1 ha, Indragiri Hilir 344 ha, Pelalawan 100,1 ha, Dumai 116,85 ha, Rokan Hilir 52,25 Ha, Meranti 41,2 ha, Siak 166 ha, Pekanbaru 15,16 ha, Kampar 20,25 Ha dan Indragiri Hulu 48,25 Ha. Untuk dua daerah yang belum terjadi Karhutla yakni Rokan Hulu dan Kuantan Singingi,” sebutnya.
Komandan Korem 031 Wirabima Brigjen TNI M Syech Ismed yang juga hadir dalam kegiatan tersebut mengatakan, saat ini pihaknya menyiagakan 1.000 personel. Namun jika digabungkan dengan instansi lainnya, maka total personel untuk pencegahan dan penanganan Karhutla mencapai 3000 personel.
“Personel tersebut sudah siap jika sewaktu-waktu diperlukan untuk penanganan Karhutla. Kalau untuk tambahan personil dari pusat sampai saat ini belum ada, karena Karhutla di Riau masih bisa dikendalikan,” katanya.(gem)
Laporan Soleh Saputra, Pekanbaru