Site icon Riau Pos

Dari Makam, Masjid, sampai ke Kereta Api

Makam Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazzam Syah (Marhum Pekan), yakni Sultan Siak kelima Kerajaan Siak Indrapura wafat 1782. Ia memerintah mulai 1780-1782(kiri). Monumen kereta api di Simpang Tiga, Pekanbaru, menjadi saksi sejarah kekejaman Jepang kepada romusha yang terdiri penduduk pribumi dan tawanan perang. (kanan)

Pekanbaru sebagai kota metropolitas yang dinamis ternyata menyimpan benda dan bangunan lama. Bangunan-bangunan itu merupakan bukti bahwa kota ini sudah lama. Melihat benda-benda cagar budaya menarik dijadikan wisata (tour) sejarah.

(RIAUPOS.CO) — Sejumlah makam tua ada di samping Masjid Raya Pekanbaru, yakni Kompleks Makam sultan bersama istri, panglima perang dan sejumlah pembesar istana, bahkan  para datuk (tetua adat) dan ulama (tuan qodhi).

Kuburan yang ada di Kompleks Makam ini, yakni Sultan Marhum Bukit (Sultan Siak IV) merupakan Sultan Abdul Jalil Jalaludin Syah, Makam Marhum Pekan (Sultan Siak V) Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazzam Syah, makam Sayid Syarif Oesman, makam Tengku Embong Badariah, makam Khadijah Binti Daeng Tirani, makam Tengku Pangeran Kusuma Dilaga.

Tak jauh, ada Masjid Nur Alam. Masjid ini dibangun pada abad ke-18, sekitar 1762, di masa pemerintahan Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah (Sultan IV), dan Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazzam Syah (Sultan V) dari kerajaan Siak.

Pembangunan Masjid Senapelan dilakukan seiring dengan dipindahkannya ibu kota Kerajaan Siak dari Mempura Besar ke Bukit Senapelan (sekarang disebut Kampung Bukit) di masa Sultan Alamuddin. Saat itu, Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah memberi nama masjid ini sebagai Masjid Alam. Nama ini diambil dari nama Sultan Alamuddin, waktu kecil: Raja Alam.

Selain itu, benda asli yang masih dipertahankan sampai sekarang, yakni Mimbar Masjid Raya Pekanbaru. Mimbar ini merupakan salah satu dari empat mimbar masjid yang dibuat semasa Kerajaan Siak dengan keterangan tulisan Arab Melayu di bagian atasnya; Terbuat kepada tarikh 18 hari bulan Syaban 1309 Hijriyah (Jumat, 18 Maret 1892 Masehi).

Ada beberapa rumah tua dan bangunan kantor yang dinilai memiliki keaslian yang tetap terjaga sampai kini. Di antaranya Rumah Tuan Qadi Sultan Siak H Zakaria bin Abu Bakar di Jalan Perdagangan, Kelurahan Kampung Bandar, Kecamatan Senapelan. Rumah Tuan Qadhi Sultan Siak H Zakaria bin Abu Bakar di Jalan Senapelan Gang Pinggir, Kelurahan Kampung Bandar, rumah batu seni arsitektur Eropa yang pernah dijadikan rumah sakit semasa pendudukan Jepang. Rumah keluarga H Yahya di Jalan Perdagangan, Kelurahan Kampung Bandar, rumah kayu ini dibangun 1898. Rumah Honolulu di Jalan Senapelan, Kelurahan Kampung Bandar. Surau Irhash di Jalan Senapelan, Kelurahan Kampung Bandar. Surau ini merupakan tapak sejarah Markas Besar Pejuang Tentara Fisabilillah pada zaman Perang Kemerdekaan.

Masih banyak lagi situs bersejarah di Kota Madani, menarik ditelusuri (tour) satu per satu.(aga)

Laporan Jarir Amrun, Pekanbaru

 

Exit mobile version