Site icon Riau Pos

Turun, TBS Kelapa Sawit Jadi Rp2.787 per Kg

turun-tbs-kelapa-sawit-jadi-rp2-787-per-kg

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) – Harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit periode 29 September-5 Oktober 2021 mengalami penurunan pada setiap kelompok umur. Jumlah penurunan terbesar terjadi pada kelompok umur 10-20 tahun sebesar Rp10,33 per kilogram (kg) dari harga pekan lalu. Sehingga harga pembelian TBS petani untuk periode satu pekan ke depan turun menjadi Rp2.787,44 per kilogram.

Kepala Dinas Perkebunan Riau Zulfadli mengatakan, penurunan harga TBS ini disebabkan oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal turunnya harga TBS periode ini disebabkan oleh terjadinya kenaikan dan penurunan harga jual CPO dan harga kernel dari beberapa perusahaan yang menjadi sumber data.

"Untuk harga jual CPO, PT PTPN V mengalami penurunan harga sebesar Rp167,44 per kilogram, PT Sinar Mas Group mengalami penurunan harga sebesar Rp38,32 per kilogram,  PT Astra Agro Lestari mengalami penurunan harga sebesar Rp203,00 per kilogram, PT Asian Agri mengalami penurunan harga sebesar Rp82,48 per kilogram,  PT Citra Riau Sarana mengalami penurunan harga sebesar Rp101,40 per kilogram dari harga pekan lalu," katanya.

Sedangkan untuk harga jual kernel, PT Astra Agro Lestari mengalami kenaikan harga sebesar Rp161,82 per kilogram, PT Asian Agri Group mengalami kenaikan harga sebesar Rp68,00 per kilogram, PT Citra Riau Sarana mengalami kenaikan harga sebesar Rp74,09 per kilogram dari harga pekan lalu.

"Sementara dari faktor eksternal, harga minyak sawit mentah Crude Palm Oil (CPO) bergerak turun pada perdagangan hari ini (kemarin, red). Harga CPO tengah menjalani tren bearish. Dalam sepekan terakhir, harga ambles 4,12 persen secara point-to-point. Selama sebulan ke belakang, koreksinya adalah 3,59 persen. Ke depan, sepertinya prospek harga CPO masih suram," paparnya.

Analis Komoditas Reuters Wang Tao,  memperkirakan tren koreksi masih akan berlanjut. Menurut Wang, target harga CPO terdekat ada di MYR 3.913 per kilogram. "Pola hammer yang terbentuk secara teknikal bukan pertanda harga akan berbalik menjadi bullish, melainkan tarikan kuat menuju tren penurunan," ujarnya.(sol)
 

Exit mobile version