Site icon Riau Pos

Inflasi Tinggi, Beras Beri Tekanan Besar

Pedagang menunggu calon pembeli di kios beras “Umar” miliknya di Jalan Kertama, Pekanbaru, baru-baru ini. Pedagang mengaku, beras asal Sumatera Barat mengalami kenaikan harga. (MHD AKHWAN/RIAUPOS)

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – MOMEN Ramadan mengerek inflasi Maret 2024. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pada bulan lalu terjadi kenaikan harga barang dan jasa sebesar 0,52 persen month-to-month (MtM). Sementara itu, secara tahun ke tahun year-on-year (YoY) mencapai 3,05 persen.

’’Tingkat inflasi bulanan Maret 2024 relatif lebih tinggi daripada bulan sebelumnya dan bulan yang sama di tahun lalu,’’ ujar Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti di Jakarta, Senin (1/4).

Kelompok pengeluaran penyumbang inflasi bulanan terbesar berasal dari kelompok makanan, minuman, dan tembakau dengan laju 1,42 persen serta memberi andil 0,41 persen. Disusul kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya dengan inflasi 0,7 persen dan andilnya 0,04 persen. ’’Komoditas utama penyumbang inflasi pada kelompok ini (makanan, minuman, dan tembakau) adalah telur ayam ras (andil 0,09 persen), daging ayam ras (0,09 persen), beras (0,09 persen), cabai rawit (0,02 persen), serta bawang putih (0,02 persen),’’ imbuhnya.

Amalia melanjutkan, pada kelompok tersebut, juga terdapat komoditas yang memberi andil deflasi. Yakni, cabai merah dan tomat.

Secara umum, Amalia menyebutkan, pada bulan lalu terjadi beberapa dinamika yang memengaruhi pergerakan inflasi. Sebagaimana perkembangan curah hujan yang telah dilaporkan BMKG di hampir sebagian besar wilayah tanah air. ’’Dinamika lain adalah pemerintah melalui Badan Pangan Nasional (Bapanas) telah memutuskan untuk menerapkan relaksasi harga eceran tertinggi (HET) beras premium yang diberlakukan mulai 10 Maret sampai 23 April,” bebernya.

Namun, lanjut Amalia, ada sedikit perbedaan pada Ramadan 2024. Yakni, kelompok transportasi tidak menjadi penyumbang andil terbesar kedua. ’’Hal ini didorong tarif angkutan udara yang pada Ramadan tahun ini justru mengalami deflasi,’’ ucapnya.

Sementara itu, Kepala BPS Jawa Timur Zulkipli menyatakan, laju inflasi provinsi tersebut lebih tinggi daripada angka nasional. Secara MtM, tercatat 0,64 persen. Sementara itu, YoY mencapai 3,03 persen.

Dorongan terbesar datang dari kelompok makanan dan minuman yang terkerek sebanyak 1,8 persen MtM. Di kelompok tersebut, inflasi daging ayam naik paling tinggi sebanyak 12,3 persen MtM. Disusul telur ayam ras, beras, dan minyak goreng. ’’Satu-satunya komoditas nonpangan yang mencapai lima besar inflasi merupakan emas perhiasan,” ucapnya.(dee/bil/dio/esi)

Laporan JPG, Jakarta

Exit mobile version