- Dirut Garuda Dicopot Secara Tidak Terhormat
- Garuda Muda Pede di Babak Semifinal, Meski Myanmar Lebih Bugar
- Pesepaktakraw Riau Ikut Sumbangkan Emas
- 2020, SPAM di Bukit Timah Beroperasi
- Geledah Tiga Lokasi di Kota Dumai, KPK Sita Sejumlah Dokumen Proyek
- KPK Geledah Kantor DPMPTSP Kota Dumai
- Melalui Kuasa Hukum, UAS Sampaikan 8 Poin Terkait Perceraiannya
- Masuri Melamar di PKB Bengkalis
- Rusdi Wandi Siap Bawa Akbarindo Bersinergi dengan Pemerintah
- Wabup Halim Sebut Potensi Perkebunan Bisa Jadi Andalan
- Langkah Politik Cutra Kian Intensif, Kembalikan Formulir ke PKB
- Diboyong ke Pekanbaru, Sadeli Dilepas Pihak Kejari Siak
- Penampilan Parade Lagu Daerah di Ruang Kita Festival II
- Muhamad Daftar di PKB Bengkalis
- Tumbuhkan Semangat Membangun Bangsa
Ekspor-Investasi Bakal Melaju
BACA JUGA
’’Penurunan suku bunga acuan akan memberikan dampak positif pada kinerja ekspor. Biaya borrowing dari perbankan lebih murah, lending perbankan menjadi lebih baik,’’ jelas Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Dody Budi Waluyo seperti diberitakan JPG, kemarin (20/7).
Dody melanjutkan, ekspansi dari perbankan itu akan memberikan gambaran bahwa kegiatan ekspor menjadi lebih baik. Selama ini merosotnya kinerja ekspor domestik tidak terlepas dari dampak trade war antardua raksasa ekonomi, AS dan Tiongkok. ’’Dengan turunnya ekspor, konsumsi pasti tertahan,’’ tambahnya.
Perlambatan ekspor juga berdampak kepada menurunnya investasi. Padahal, komponen tersebut selalu diandalkan untuk memacu pertumbuhan. Karena itu, pemerintah harus segera melakukan mitigasi sehingga pertumbuhan ekonomi tahun ini tetap terkendali. ’’Salah satunya, spending (belanja) pemerintah dinaikkan,’’ imbuhnya.
Founder dan Direktur Eksekutif CORE Indonesia Hendri Saparini menambahkan, pihaknya memprediksi pertumbuhan ekonomi tahun ini cukup sulit menembus angka 5,2 persen. ’’Dalam kondisi seperti ini (ketidakpastian global dan ekspor negatif), 5,2 persen itu tidak mungkin,’’ ungkapnya.
Menurut Hendri, ada sejumlah faktor yang memengaruhi. Di antaranya, momentum Lebaran dan pemilu ternyata tidak mampu mendongkrak pertumbuhan pada kuartal I dan II. Pemilu juga tidak lagi mendorong konsumsi pemerintah dan rumah tangga.
Sebab, telah terjadi pergeseran belanja pemilu yang tidak lagi mengandalkan belanja fisik. ’’Bukan lagi belanja makanan, tekstil, atau cetak kaus. Tetapi, semua sudah serbadigital, cukup beli paket (data) sudah bisa jadi media kampanye,’’ katanya.
Ekonom BNI Ryan Kiryanto mengungkapkan, suku bunga kredit bisa segera turun sehingga pelaku usaha mendapat kepastian kemudahan pembiayaan. ’’Cost of fund rendah, pertumbuhan ekonomi akan bergairah. Selain itu, pemilu sudah selesai sehingga dunia usaha lebih bisa bertindak mengambil keputusan,’’ ujarnya.
Namun, ke depan ruang perubahan suku bunga acuan bakal sempit. Apakah masih ada ruang untuk penurunan lanjutan, menurut Ryan, semua itu bergantung kepada kondisi perekonomian global. Terutama apakah tensi perang dagang bakal mereda atau sebaliknya.