- Rumah Warga Terbelah, Jalan Riau-Sumbar Retak
- Wagubri: Masyarakat Riau Berterima Kasih kepada Fahmizal
- APP Sinar Mas Alokasikan 600 Ribu Ha Lahan Konservasi
- MTC Hadirkan Kampoeng Senggol ColourFun Shopping
- Gelar BDS, DJP Riau Edukasi Pelaku Usaha Perkebunan
- Dubes Arab Saudi untuk AS Kunjungi Lokasi Penembakan di Florida
- Jadi Inspirasi Perempuan Turki, Wali Kota Risma Bertemu Erdogan
- A&W Restaurants Indonesia Hadirkan Carry On Snacks
- Sharp Indonesia Targetkan Kenaikan Pangsa Pasar di Kategori Smart TV
- FIF Group Raih Penghargaan Investor Award 2019
- Tak Sabar Tunggu Grand Final Road to Grand
- Sosok Pekerja Keras untuk Kemajuan Pariwisata
- Sabtu-Ahad, Layanan Pajak Tetap Buka
- Warga Desa Telayap Dambakan Perbaikan Jalan
- Banjir Rendam 4 Kabupaten, Bantuan Mengalir
Rupiah Semakin Menguat, 14.267 per Dolar AS
BACA JUGA
Analis Samuel Sekuritas Ahmad Mikail mengatakan indeks dolar masih diperkirakan melemah ke level 96,4-96,6 terhadap mata uang kuat utama dunia lainya. Menurutnya, pelemahan dolar masih disebabkan oleh pernyataan Ketua Dewan Gubernur The Fed Jerome Powell terkait tingkat suku bunga AS yang diperkirakan sudah mendekati level netral.
Hal senada diungkapkan analis pasar uang Forex Time Lukman Otunuga. Ia mengatakan komentar Powell ini memicu spekulasi bahwa Fed akan menghentikan dulu kenaikan suku bunga di tahun depan. “Ekspektasi investor mengenai kenaikan suku bunga setelah Desember menurun, sehingga dolar mengalami penurunan lebih lanjut di jangka pendek,” ujarnya, Jumat (30/11).
Menurutnya, berkurangnya kekhawatiran mengenai arus keluar modal karena Dolar yang melemah adalah perkembangan positif bagi negara berkembang. Mata uang pasar berkembang termasuk rupiah akan paling diuntungkan oleh depresiasi dolar ke depannya.“Dari aspek teknikal, dolar AS dan rupiah bergerak menguat,’’ ujarnya.
“Perlu diperhatikan bahwa salah satu penggerak utama di balik apresiasi dolar yang fantastis dalam beberapa bulan terakhir adalah spekulasi kenaikan suku bunga. Investor kini hanya memperkirakan satu kali kenaikan suku bunga lagi di 2019, sehingga bulls terancam kehilangan kehebatannya,” tuturnya.
Perhatian investor akan tertuju pada hasil rapat Fed yang kemungkinan besar mendukung ekspektasi kenaikan suku bunga di bulan Desember. Hasil rapat ini akan sangat diperhatikan untuk mencari isyarat lebih lanjut seputar rencana kenaikan suku bunga Fed di tahun 2019. “Apabila hasil rapat bernuansa dovish seperti pernyataan Powell, maka dolar mungkin dalam masalah,” ujarnya.
Selain itu, pelemahan terhadap dolar indeks tersebut diperkirakan dapat berlanjut jika pertemuan G-20 yang akan berlangsung pada Jumat dan Sabtu antara Presiden Trump dan Xi Jinping dapat menghasilkan solusi atas masalah perang dagang yang tengah berlangsung antara AS-Cina.(mys/das)